Jumat, 26 Februari 2016

SHORINJI KEMPO Indonesia











Shorinji Kempo (少林寺拳法)

Fokus
Kekerasan
Kontak penuh
Negara asal
Pencipta
Olahraga olimpik
tidak

SEKILAS TENTANG KEMPO :

Shorinji Kempo (少林寺拳法) adalah salah satu dari seni bela diri yang berasal dari Jepang
Di Indonesia biasa disebut dengan Kempo saja. 
Shorinji Kempo diciptakan oleh Doshin So ( 道臣) pada tahun 1947 sebagai sistem pelatihan dan pengembangan diri (: gyo atau disiplin dalam bahasa jepang). 

Kata Shorinji Kempo sendiri berasal dari kata :
sho = hutan, 
rin = bambu, 
ji = kuil, 
ken = aturan 
dan 
kempo bermakna "jalan hidup".

Metode latihannya berdasarkan pada filosofi 
"jiwa dan tubuh adalah sebuah kesatuan yang tak terpisahkan"(心身一如: shinshin ichinyo) dan 
"melatih tubuh dan jiwa" (拳禅一如: kenzen ichinyo). 

Dengan cara tersebut Shorinji Kempo mempunyai tiga manfaat yaitu: 
1. "Pelatihan dan pertahanan diri"(護身錬鍛: goshin rentan), 
2. "Pelatihan mental" (精神修養: seishin shuyo) dan 
3. "Meningkatkan kesehatan"(健康増進: kenko zoshin).


Sejarah Shorinji Kempo — 1947

Doshin So
Pencipta Shorinji Kempo

Menurut tradisi,yang membawa teknik-teknik bertarung (kempo India, tenjiku nara no kaku, atau ekkin gyo) adalah Bodhidharma (leluhur Zen) ke Cina 1500 tahun yang lalu setelah ia meninggalkan India untuk menyalurkan pengajaran sejarah Buddha yang benar dan mengakhiri perjalanannya di https://id.wikipedia.org/wiki/Vihara_Shaolin Kuil Shaolin Songshan] yang kini dikenal sebagai Propinsi Hainan. Kemudian, teknik-teknik ini melahirkan beragam seni bela diri yang tersebar ke seluruh daratan Cina.
Pada tahun 1928, Kaiso melakukan perjalanan ke Cina dengan tujuan yang kuat, dan ia mempelajari teknik-teknik esoterik dari berbagai guru yang ia temui sehubungan dengan ”pekerjaannya yang tidak biasa”.

Kempo setelah Perang Dunia II

Pada tahun 1945, dalam keadaan perang di daerah timur laut Cina, Kaiso menyaksikan realita politik internasional yang keras dimana kepentingan-kepentingan negara dan ras mengambil tempat utama, dan hanya yang kuat yang benar. Ditengah situasi ini, Kaiso menyadari bahwa peristiwa-peristiwa yang terjadi sangat dipengaruhi oleh karakter dan cara berpikir orang-orang yang memiliki pengaruh. Kaiso menyatakan realita ini sebagai ”Manusianya, manusianya, manusianya - segala sesuatu tergantung pada sifat-sifat orangnya”. Ia memperhatikan bahwa “apabila masyarakat diatur oleh orang-orang, maka kedamaian sesungguhnya hanya dapat datang dari pengembangan rasa kasih sayang, keberanian dan rasa keadilan dalam diri sebanyak mungkin orang.” Kemudian Ia memutuskan “mengumpulkan anak-anak muda dengan tujuan yang baik, untuk menerangkan sikap ini kepada mereka, dan menarik pengertian mereka kurang rasa keadilan, menanamkan kepercayaan diri, keberanian dan semangat mereka, serta mendidik orang-orang yang ingin berjuang untuk kebangkitan tanah airnya.
Kembali dari Cina, Kaiso mendapatkan kacaunya Jepang karena kekalahan. Nilai moralitas dan kemanusiaan telah hilang, dan masyarakat Jepang saling bermusuhan karena ketidakadilan dan kekerasan yang dilakukan secara terbuka di mata umum. Dalam masyarakatnya ini, mayoritas besar anak-anak muda dan dewasa tidak memiliki harapan akan masa depan dan mengisi hidup dari hari ke hari saja, seperti gembala yang kebingungan. Menanggapi hal ini, Kaiso mememerintahkan dan menyusun teknik teknik yang telah ia pelajari selama berada di Cina, dengan menerapkan sentuhan kreasinya sendiri untuk membuat suatu sistem teknik yang baru yang dapat dinikmati para individu untuk dipelajari. Ia mengubah rumahnya menjadi tempat latihan, dan mengajarkan teknik-teknik serta kata-kata nasehat mengenai pandangan hidupnya dan mengenai dunia. Demikianlah pengembangan individu dimulai melalui teknik-teknik bela diri Dengan bertujuan memperbaiki individu secara fisik dan mental dan mengubah masyarakat melalui cara yang damai. Kaiso menemukan Shorinji Kempo dengan tujuan mengembangkan individu, serta mewujudkan masyarakat yang damai baik secara materi dan spiritual.
Pada bulan Oktober 1947, di kampung halamannya di Tadotsu,Daerah Kagawa, Kaiso mengatur dan menyusun teknik-teknik yang ia pelajari selama berada di Cina, yang ditambah dengan sentuhan kreatifnya sendiri, dan dengan menamakan sistem tersebut Shorinji Kempo . Tahun berikutnya, Kaiso secara bersamaan membentuk Nippon Hoppa Shorinji Kempo Kai dan Komanji Kyodan, dan pada bulan Desember 1951, a membentuk Kongo Zen Sohonzan Shorinji. Pada tahun 1956, Kaiso membentuk Nihon Shorinji Bugei Semmon Gakko (Akademi Budo Shorinji Jepang), dan pada tahun 1957, Zen Nihon Shorinji Kempo Remmei (Federasi Shorinji Kempo Jepang). Kemudian, pada tahun 1963, ia membentuk organisasi Shadan Hojin Nihon Shorinji Kempo Remmei (Yayasan Federasi Shorinji Kempo Jepang), yang secara khusus menerapkan usaha untuk pelatihan bagi orang-orang muda.
Pada tahun 1980, Kaiso setelah menghabiskan 33 tahun sejak menciptakan Shorinji Kempo mengajak sejumlah besar anak-anak muda untuk menguatkan tubuh dan pikiran melalui pendekatan ken zen ichinyo dalam latihan. Namun, pada tangga 12 Mei 1980, Kaiso meninggal dunia karena serangan jantung.
Kini, berkat Shike Doshin So II, Yuuki So yang mengemban misi Kaiso, Shorinji Kempo tetap berkembang.

Didirikannya Shorinji Kempo

Kaiso memperhatikan bahwa dalam semua ilmu bela diri yang telah dipelajarinya, ada tiga unsur gerakan mendasar — gerakan berputar, lurus dan melambung — dan berdasarkan penggabungan 10 unsur-unsur inii maka terbagi dalam 2 Metode, yaitu :
1. Metode Halus (ju ho) : yakni menunduk, melempar, memutar, menekan, mencekik dan membungkuk;
2. Metode keras (go ho) : yakni memukul, menyerang, menendang dan memotong. 

Kemudian ia menganalisa dan menyusun gerakan ini dengan prinsip fisik dan fisiologi. 

Kaiso bermaksud membuat metoda untuk melatih tubuh dan pikiran secara bersamaan sebagai inti bela diri. Latihan fisik, pendidikan jasmani, dan selanjutnya membantu menyempurnakan karakter seseorang. Oleh karenanya, ia menggunakan peraturan latihan yang mudah yang dilukiskan pada dinding byaku-eden di Kuil Shaolin dan menyusunnya kembali ke dalam bentuk yang sesuai dengan masanya. Kemudian ditambah pengalaman bertempur yang berharga yang diperolehnya selama masa perang, memasukkan elemen ciptaannya sendiri, dan terbentuklah Shorinji Kempo.

Nama Shorinji Kempo

Nama Shorinji Kempo timbul dari kenyataan bahwa suhu Kaiso, Tai Zong Wen, biarawan Kuil Shaolin, menyalurkan warisan Giwamon ken(義和門拳) kepada Kaiso di Kuil Shaolin. Kaiso ingin melanjutkan nama Shorinji dan kaitan-kaitannya dengan suhu penemu Zen- Boddhidharma serta menghormati pembentukan kembali latihan teknik bela diri sebagai gyo. 
Sejak zaman dahulu di Cina dan Jepang, seni bela diri yang mekar di Kuil Shaolin Songshan di Propinsi Hainan Cina telah dikenal sebagai seni bela diri Shaolin (shorin bujutsu), di antara gaya-gaya tanpa senjata ini dikenal sebagai Pukulan Shaolin (shorin ken) atau Seni Pukulan Shaolin (shorin Kenjutsu). 
Sebaliknya, ”Shorinji Kempo” merupakan versi bela diri baru sejak pasca perang Jepang. 
Ia dibentuk oleh Kaiso berdasarkan teknik-teknik yang ia pelajari pada masa mudanya, kemudian disusun kembali sesuai dengan masa sekarang dan dikembangkan dengan unsur-unsur ciptaannya sendiri.

Falsafah Kempo

Karena seni bela diri kempo waktu itu menjadi bagian dari latihan bagi para calon bhiksu, dengan sendirinya ilmu itu harus mempunyai dasar falsafah yang kuat. Dengan dilandasi agama Budha, yaitu tidak boleh membunuh dan menyakiti, maka semua kenshi (pemain Kempo) dilarang menyerang terlebih dahulu sebelum diserang. 

Hal ini menjadi doktrin Kempo, bahwa 
"perangilah dirimu sendiri sebelum memerangi orang lain". 

Berdasarkan doktrin ini mempengaruhi pula susunan beladiri ini, sehingga gerakan teknik selalu dimulai dengan mengelak/menangkis serangan dahulu, baru kemudian membalas. Selanjutnya disesuaikan menurut kebutuhan yakni menurut keadaan serangan lawan.

Kasih sayang tanpa kekuatan adalah kelemahan. Kekuatan tanpa kasih sayang adalah kezaliman.
 – Doktrin Shorinji Kempo

Dharma selalu mengajarkan bahwa disamping dilarang menyerang juga tidak selalu setiap serangan dibalas dengan kekerasan. 

Sehingga dalam ilmu kempo itu lahirlah apa yang berbentuk mengelak saja. Cukup menekukkan bagian-bagian badan lawan, kemudian mengunci dan apabila terpaksa barulah dilakukan penghancuran titik-titik lemah lawan.

Bentuk yang pertama dikenal sebagai Juho dan yang berikutnya sebagai Goho

Setiap kenshi diharuskan menguasai teknik Goho (keras) dan Juho (lunak), artinya tidak dibenarkan apabila hanya mementingkan pukulan dan tendangan saja dengan melupakan bantingan dan kuncian.

Lambang Shorinji Kempo

Manji telah digunakan untuk tanda Shorinji Kempo seperti yang digunakan dalam Buddhisme selama berabad-abad. 

Manji memiliki dua arti yang menjadi satu kesatuan yaitu kasih sayang (menghadap-kiri) dan kekuatan (menghadap-kanan) yang melambangkan ajaran Kongo-zen.

Namun, penyebaran Shorinji Kempo melalui World Shorinji Kempo Organization (WSKO), itu menjadi penghalang besar untuk digunakan. Dalam hal ini, WSKO telah menggunakan surat (ken) di pusat Tate-Manji (Manji dijaga oleh perisai) pada lambang atau menggunakan Nagare-Manji yang berarti bulat Manji.
Pada tahun 2005, Shorinji Kempo Group menggunakan tanda baru sebagai simbol baru Shorinji Kempo di seluruh dunia, sebagai satu kesatuan.

Tanda baru ini disebut so-en (lingkaran ganda) dan dikatakan bahwa ini adalah bentuk ekstrim dari sepasang Manji. Tanda so-en dikelola dan haknya dilindungi oleh Shorinji Kempo Grup.
Tanda Shorinji Kempo dari tahun 1947-2005

Tanda Shorinji Kempo dari tahun 2005-sekarang
Sejarah Shorinji Kempo di Indonesia

Sejak akhir tahun 1959, pemerintah Jepang menerima mahasiwa dan pemuda Indonesia untuk belajar dan latihan sebagai salah satu bentuk pembayaran pampasan perang. Sejak itu secara bergelombang dari tahun ke tahun sampai tahun 1965, ratusan mahasiswa dan pemuda Indonesia mendapat kesempatan belajar di Jepang. Tidak sedikit di antara mereka itu memanfaatkan waktu senggang dan liburannya untuk belajar serta memperdalam seni beladiri seperti Karate, Judo, Ju Jit Su dan juga Kempo.

Sepulangnya ke tanah air, mereka bukan saja memperoleh ijazah sesuai dengan bidang studinya tetapi juga memperoleh tambahan berupa penguasaan beberapa seni bela diri.

Pada tahun 1964, dalam suatu acara kesenian yang dipertunjukkan mahasiswa Indonesia untuk menyambut tamu-tamu dari tanah airnya, seorang pemuda yang bernama Utin Syahraz mendemonstrasikan Shorinji Kempo. 
Apa yang didemonstrasikannya itu menarik minat pemuda dan mahasiswa Indonesia lainnya, diantaranya Indra Kartasasmita dan Ginanjar Kartasasmita serta beberapa orang lainnya.

Uthin Syahraz (alm.)
 
Mereka lalu datang ke pusat Shorinji Kempo di kota Tadotsu untuk menimba langsung seni bela diri itu.
Untuk meneruskan warisan seni bela diri itu di Indonesia, ketiga pemuda tersebut yaitu Utin Sahras (almarhum), Indra Kartasasmita dan Ginanjar Kartasasmita, akhirnya membentuk suatu organisasi olah raga Shorinji Kempo, yang bernama PERKEMI (Persaudaraan Bela Diri Kempo Indonesia) pada tanggal 2 Februari 1966.

Di Indonesia, Perkemi berada dibawah naungan KONI Pusat. 


Indra Kartasasmita
Perkemi juga menjadi anggota penuh dari Organiasasi Federasi Shorinji Kempo se-Dunia atau WSKO (World Shorinji Kempo Organization), yang berpusat di kuil Shorinji Kempo di kota Tadotsu, Jepang.
Sejak tahun 1966 sampai tahun 1976, PB. PERKEMI mengadakan pemilihan pengurus setiap dua tahun sekali. Tapi sejak tahun 1976 sampai sekarang masa bakti pengurus berlangsung selama empat tahun.
Pada tahun 1970 diselenggarakan Kejuaraan Nasional Kempo yang pertama di Jakarta, dan pada tahun 1971 diadakan Kejuaraan Kempo antar Perguruan Tinggi yang pertama. Kempo mulai dipertandingkan sejak PON IX tahun 1977 di Jakarta

Ginandjar Kartasasmita

IX Jakarta Lambang Provinsi DKI Jakarta Jakarta 23 Juli - 3 Agustus 1977 Jakarta
X Jakarta Lambang Provinsi DKI Jakarta Jakarta 19 Sept - 30 Sept 1981 Jakarta
XI Jakarta Lambang Provinsi DKI Jakarta Jakarta 9 Sept - 20 Sept 1985 Jakarta
XII Jakarta Lambang Provinsi DKI Jakarta Jakarta 18 Okt - 28 Okt 1989 Jakarta
XIII Jakarta Lambang Provinsi DKI Jakarta Jakarta 9 Sept - 19 Sept 1993 Jakarta
XIV Jakarta Lambang Provinsi DKI Jakarta Jakarta 9 Sept - 25 Sept 1996 Jakarta
XV Surabaya Lambang Provinsi Jawa Timur Jawa Timur 19 - 30 Juni 2000 Jawa Timur
XVI Palembang Lambang Provinsi Sumatera Selatan Sumatera Selatan 2 Sept - 14 Sept 2004 Jakarta
XVII Samarinda Lambang Provinsi Kalimantan Timur Kalimantan Timur 6 Juli - 17 Juli 2008 Jawa Timur
XVIII Pekanbaru Lambang Provinsi Riau Riau 9 Sept - 20 Sept 2012 Jakarta
XIX[1] Bandung Lambang Provinsi Jawa Barat Jawa Barat 2016 BELUM BERLANGSUNG
XX[2] Jayapura  Papua 2020 BELUM BERLANGSUNG



Kempo di Sulawesi Utara




Organisasi Beladiri Kempo adalah salah satu beladiri yang ada di SULUT dan cukup besar mendapat respon baik bahkan sangat di minati masyarakat di daerah minahasa Sulawesi Utara.  
Para Pengurus Kempo yang juga Simpay (sebutan untuk pelatih) sangat aktif dalam upaya memperkenalkan dan memperbesar organisasi Kempo ini di tanah Minahasa yang juga telah mengenal beberapa jenis beladiri lainnya. 

Pengprop Perkemi Sulut beserta para simpay yang ikut membesarkan kempo di Sulawesi utara antara lain simpay Drs Deidy Katili, Simpay Jakobus (Simpay Senior/sudah berumur tetapi tetap berjiwa semangat), simpay Malik Agus, Simpay Susiana Mopangga, Simpay Denny Politon, Simpay Calve, Simpay Reinheart, Simpay Kenny Makalew, Simpay Denny Sengkey, Simpay Nover, Simpay Hamka dan Simpay - simpay Manado lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu. 

Beberapa Dojo yang ada di Sulawesi Utara yang masih aktif
-Dojo Pertamina Bitung
-Dojo Wangurer Bitung

-Dojo Bimoli Bitung
-Dojo Kakenturan I
-Dojo Perum Polresta Bitung
-Dojo SMK Kema Perintis 
-Dojo Kauditan
-Dojo UNSRAT
-Dojo Gramedia
-Dojo Tagulandang
-Dojo UNIMA (Dalam proses)
-Dojo Kakaskasen


 
Rasa Persaudaraan yang dipegang teguh oleh para kenshi yang tergabung dalam organisasi yang di kenal dengan Organisasi PERKEMI (Persaudaraan Beladiri Kempo Indonesia) untuk Indonesia dan secara umum di kenal dengan organisasi Shorinji Kempo, menjadi daya tarik sendiri bagi masyarakat tidak terkecuali yang ada di Sulawesi Utara.
Selain kekompakan dalam berorganisasi, para kenshi (Sebutan bagi pengikut organisasi kempo) yang aktif dan berkemauan besar dalam mengikuti latihan  juga sangat besar mendapatkan peluang/kesempatan menjadi atlet.
tidak ada istilah "pandang bulu" dalam organisasi ini, kemampuan kenshi menjadi faktor utama dalam penilaian ketentuan dalam mengikuti kejuaraan.


Untuk pertandingan Kempo, yang dipertandingkan dalam 2 kategori yaitu nomor embu (tanding) dan randori (tanding).untuk Sulawesi Utara nomor Randori menjadi pilihan dan sampai saat ini khusus nya di kelas 50 Puteri, Atlet Sulawesi Utara yang juga Simpay di Dojo Cabang Bitung yaitu Simpay Susiana Mopangga,  selalu di perhitungkan dan selalu dianggap sebagai lawan tangguh di arena mengingat 4x PON berturut - turut Simpay Susi begitu sapaan para kenshi dan simpay yang mengenalnya, selalu masuk dalam pertarungan hingga 3 besar dan secara tidak langsung selalu membawa pulang medali untuk Sulawesi Utara. dari medali itu pula, membuat Nama Kempo di Sulawesi Utara selalu di perhitungkan karena selalu membawa pulang medali.

Pelajar Kota Bitung Raih Juara Tiga Umum Kejurnas Kempo

Kesuksesan Kempo juga di tunjukan oleh para Kenshi dari kota Bitung.  Atlit Kempo Kota Bitung berhasil mengaharumkan namanya dalam Kejuaraan Pelajar Nasional (Kejurnas) antar kota Shorinji Kempo di Kota Makassar tahun 2015 dengan meraih Juara III Nasional belum lama ini.
Kesuksesan para kenshi Kempo ini juga ikut membanggakan pemerintah daerah. Hal ini dengan bangga disampaikan, oleh Kadis Pemuda dan Olahraga Michael Sondakh, bahwa  dalam kejuaraan ini ada tiga atlit Kempo meraih medali emas yaitu pada cabang Rondori Kelas 60 kg putra diiraih Michael Manumpahi (siswa SMK 2 Bitung), rondori  kelas 50 kg putri diraih Silvia Badarab (SMK Muhamadiyah) dan rondori kelas 45 kg putri diraih oleh Cikita Rosmawati (SMA 2 Bitung).

Selain itu, ada juga yang meraih medali perunggu yaitu rondori kelas 40 kg diraih oleh Kezya Tidayoh (SMP 5) dan rondori kelas 65 kg diraih oleh Efraim Yuda Biasa (SMA 2).

“ Jadi total medali yang diraih 3 medali emas dan 2 medali perunggu serta menyabet juara III umum Kejurnas Kempo ,“ Pungkas Sondakh







Tidak ada komentar:

Posting Komentar